Sabtu, 19 Maret 2016

Gejala TBC, Penyebab dan Cara Pengobatan Penyakit TBC

Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TBC. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman mycobacterium tuberculosis ini pun tinggi.

Tingkat prevalensi penderita TBC di Indonesia diperkirakan sebesar 289 per 100 ribu penduduk dan insidensi sebesar 189 per 100 ribu penduduk. Bahkan 27 dari 1.000 penduduk terancam meninggal seperti yang dilaporkan Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yang dihimpun sepanjang 2011 mengenai tuberkulosis (TBC) di Indonesia.

Potoooo

Laporan tersebut juga meliris bahwa angka penjaringan penderita baru TBC meningkat 8,46 persen dari 744 penderita TBC di 2010 menjadi 807 per 100.000 penduduk di 2011. Namun, kabar baiknya angka kesembuhan pada 2011 mencapai target sebesar 83,7 persen dan angka keberhasilan pengobatan pada 2011 mencapai target sebesar 90,3 persen.

Gejala Penyakit TBC

Penderita yang terserang basil tersebut biasanya akan mengalami demam tapi tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Gejala lain, penurunan nafsu makan dan berat badan, batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah), perasaan tidak enak (malaise), dan lemah.

Agar bisa mengantisipasi penyakit ini sejak dini, berikut gejala-gejala penyakit tuberculosis yang perlu Anda ketahui.

Gejala utama

Batuk terus-menerus dan berdahak selama tiga pekan atau lebih.

Gejala tambahan yang sering dijumpai

Dahak bercampur darah/batuk darah
Sesak nafas dan rasa nyeri pada dada
Demam/meriang lebih dari sebulan
Berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas
Badan lemah dan lesu
Nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan

"Paling mudah untuk mengetahui seseorang terkena tuberkulosis jika dia berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas. Walaupun tidak bisa langsung ditetapkan tuberkulosis karena harus didiagnosis, tapi itu salah satu pertanda. Jika Anda lemas, batuk tak berhenti, nyeri pada dada, dan keringat pada malam hari, langsung segera periksa," tambah dr Arifin Nawas Sp(P), salah seorang tenaga ahli klinis tuberkulosis di RSUP Persahabatan di tempat sama.

Menurutnya, untuk memastikan seseorang terkena TB atau tidak, tim medis melakukan diagnosis dengan mengadakan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung (BTA) dan gambaran radio logis (foto rontgen).

Penyebab Infeksi TBC

Penyakit ini diakibatkan infeksi kuman mikobakterium tuberkulosis yang dapat menyerang paru, ataupun organ-organ tubuh lainnya seperti kelenjar getah bening, usus, ginjal, kandungan, tulang, sampai otak. TBC dapat mengakibatkan kematian dan merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyebabkan kematian tertinggi di negeri ini.

Kali ini yang dibahas adalah TBC paru. TBC sangat mudah menular, yaitu lewat cairan di saluran napas yang keluar ke udara lewat batuk/bersin & dihirup oleh orang-orang di sekitarnya. Tidak semua orang yang menghirup udara yang mengandung kuman TBC akan sakit.

Pada orang-orang yang memiliki tubuh yang sehat karena daya tahan tubuh yang tinggi dan gizi yang baik, penyakit ini tidak akan muncul dan kuman TBC akan "tertidur". Namun,pada mereka yang mengalami kekurangan gizi, daya tahan tubuh menurun/ buruk, atau terus-menerus menghirup udara yang mengandung kuman TBC akibat lingkungan yang buruk, akan lebih mudah terinfeksi TBC (menjadi 'TBC aktif') atau dapat juga mengakibatkan kuman TBC yang "tertidur" di dalam tubuh dapat aktif kembali (reaktivasi).

Infeksi TBC yang paling sering, yaitu pada paru, sering kali muncul tanpa gejala apa pun yang khas, misalnya hanya batuk-batuk ringan sehingga sering diabaikan dan tidak diobati. Padahal, penderita TBC paru dapat dengan mudah menularkan kuman TBC ke orang lain dan kuman TBC terus merusak jaringan paru sampai menimbulkan gejala-gejala yang khas saat penyakitnya telah cukup parah.

Pengobatan Penyakit TBC

Untuk mendiagnosis TBC, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama di daerah paru/dada, lalu dapat meminta pemeriksaan tambahan berupa foto rontgen dada, tes laboratorium untuk dahak dan darah, juga tes tuberkulin (mantoux/PPD). Pengobatan TBC adalah pengobatan jangka panjang, biasanya selama 6-9 bulan dengan paling sedikit 3 macam obat.

Kondisi ini diperlukan ketekunan dan kedisiplinan dari pasien untuk meminum obat dan kontrol ke dokter agar dapat sembuh total. Apalagi biasanya setelah 2-3 pekan meminum obat, gejala-gejala TBC akan hilang sehingga pasien menjadi malas meminum obat dan kontrol ke dokter.

Jika pengobatan TBC tidak tuntas, maka ini dapat menjadi berbahaya karena sering kali obat-obatan yang biasa digunakan untuk TBC tidak mempan pada kuman TBC (resisten). Akibatnya, harus diobati dengan obat-obat lain yang lebih mahal dan "keras". Hal ini harus dihindari dengan pengobatan TBC sampai tuntas.

Pengobatan jangka panjang untuk TBC dengan banyak obat tentunya akan menimbulkan dampak efek samping bagi pasien. Efek samping yang biasanya terjadi pada pengobatan TBC adalah nyeri perut, penglihatan/pendengaran terganggu, kencing seperti air kopi, demam tinggi, muntah, gatal-gatal dan kemerahan kulit, rasa panas di kaki/tangan, lemas, sampai mata/kulit kuning.

Itu sebabnya penting untuk selalu menyampaikan efek samping yang timbul pada dokter setiap kali kontrol sehingga dokter dapat menyesuaikan dosis, mengganti obat dengan yang lain, atau melakukan pemeriksaan laboratorium jika diperlukan.

Pengobatan untuk penyakit-penyakit lain selama pengobatan TBC pun sebaiknya harus diatur dokter untuk mencegah efek samping yang lebih serius/berbahaya. Penyakit TBC dapat dicegah dengan cara:
Mengurangi kontak dengan penderita penyakit TBC aktif.

Menjaga standar hidup yang baik, dengan makanan bergizi, lingkungan yang sehat, dan berolahraga.
Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat). Vaksin ini secara rutin diberikan pada semua balita.
Perlu diingat bahwa mereka yang sudah pernah terkena TBC dan diobati, dapat kembali terkena penyakit yang sama jika tidak mencegahnya dan menjaga kesehatan tubuhnya.

Semoga informasi mengenai gejala penyakit TBC, faktor penyebab dan cara pencegahan di atas bermanfaat buat anda yang membutuhkan informasi tersebut.

Cc: gejalapenyakitmu.blogspot.com

Selasa, 15 Maret 2016

Makanan untuk penderita maag kronis dan gastritis kronis

Maag atau dispepsia (indigestion) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan ketidaknyamanan pada perut bagian atas. Salah satu penyebab maag adalah gastritis atau peradangan pada lambung. Apabila tidak ditangani dengan benar, dapat berlanjut menjadi maag kronis.

Dikatakan sebagai maag kronik apabila telah berlangsung lebih dari tujuh hari dalam sebulan. Gaya hidup terkait makanan menjadi salah satu kunci penting dalam menangani maag. Beberapa jenis makanan dan minuman sebaiknya dihindari oleh penderita penyakit ini.

Makanan yang sebaiknya dihindari antara lain cokelat, mint, dan alkohol. Ketiganya dapat membuat maag menjadi makin buruk. Selain itu, aneka makanan pedas, asam, dan kopi juga bisa memperburuk maag pada beberapa orang. Seseorang yang mengalami maag kian buruk setelah makan makanan tertentu sebaiknya menghentikan konsumsi makanan tersebut untuk memastikannya.

Salah satu penyebab maag adalah peradangan pada lambung atau gastritis. Pada gastritis kronis, rasa nyeri di perut dapat berlangsung terus menerus. Selain kopi dan alkohol, penderita gastritis kronis sebaiknya menghindari gorengan dan makanan yang diolah menggunakan minyak.

Bagi penderita maag kronis, termasuk yang disebabkan oleh gastritis kronis,  beberapa makanan di bawah ini berpotensi membantu menangani kondisi yang diderita.

·Peppermint
      Makanan lain yang mungkin bisa membantu penderita maag kronis adalah peppermint. Bahan ini diduga mampu menenangkan beberapa jenis gangguan pencernaan dengan cara merelaksasi otot-otot perut dan meningkatkan aliran empedu. Namun, teh peppermint mungkin juga merelaksasi otot antara eofagus dan lambung yang dapat menyebabkan refluks kian memburuk. Dengan begitu, disarankan untuk mengonsumsi peppermint dalam bentuk tablet salut untuk menghindari relaksasi otot antara esofagus dan lambung. Selain itu, peppermint dalam bentuk minyak mungkin juga dapat mengurangi ketegangan perut dan perasaan penuh pada perut.

·Teh Chamomile
      Dalam pengobatan tradisional, chammoline sudah lama digunakan untuk mengobati gangguan pencernaan. Menurut penelitian ilmiah, ada cukup bukti untuk mengonfirmasi hal tersebut. Teh dari bahan ini kemungkinan efektif untuk menyembuhkan gangguan pencernaan dan meringankan gejalanya pada beberapa orang.

·Yoghurt
      Yoghurt tertentu mungkin dapat membantu melawan bakteri penyebab gastritis dan tukak lambung. Jenis yoghurt yang sedang dikembangkan para peneliti Jepang ini mengandung antibodi terhadap bakteri H. pylori.
      Salah satu penyebab tukak lambung adalah bakteri H. pylori atau bagi mereka yang terlalu sering mengonsumsi aspirin atau obat antiinflamasi nonsteroid lainnya. Untuk tukak yang disebabkan oleh H. Pylori, pengobatan bisa dilakukan dengan obat antibiotik dan penekan asam. Yoghurt sendiri diharapkan oleh para peneliti bisa menjadi alternatif pengobatan maag.
      Di dalam sebuah percobaan, para ilmuwan melibatkan 42 orang yang terinfeksi bakteri H. pylori. Sejumlah peserta kemudian diberikan yoghurt yang mengandung antibodi H. pylori sebanyak tiga kali sehari selama sebulan. Sementara itu, beberapa peserta diberikan yoghurt tanpa antibodi dengan dosis yang sama. Hasilnya, bakteri H. pylori berkurang secara signifikan pada pasien maag yang mengonsumsi yoghurt dengan tambahan bakteri antibodi.

·Probiotik
      Untuk keseimbangan bakteri baik dan bakteri buruk di dalam sistem pencernaan tubuh, pertimbangkanlah untuk mengonsumsi probiotik. Probiotik adalah istilah untuk mikroorganisme hidup yang dapat memberikan efek baik pada kesehatan bila dikonsumsi. Selain yogurt, beberapa jenis makanan yang mengandung probiotik adalah kefir dan kimchi (asinan sayur yang difermentasi).
      Probiotik mungkin dapat menjadi solusi jika keseimbangan bakteri dalam perut dan usus mengalami gangguan akibat konsumi obat atau penyakit. Karena produk ini memang berfungsi untuk membantu menyeimbangkan bakteri dalam pencernaan. Dengan kembalinya keseimbangan tubuh, maka gangguan pencernaan akan bisa diatasi. Hanya saja, konsultasikanlah dengan dokter dalam memilih produk yang mengandung probiotik. Dengan pertimbangan dokter, pemilihan produk ini akan lebih tepat dan lebih sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Selain itu, Anda dapat mencoba mengonsumsi kunyit saat gejala maag muncul. Jahe bila dikonsumsi sekitar satu jam sebelum makan juga berkemungkinan untuk mempercepat pengosongan perut, sehingga membantu terhindar dari munculnya gejala maag.

Meski makanan-makanan di atas mungkin berguna untuk membantu para penderita maag kronis, sebaiknya jangan dijadikan andalan untuk kesembuhan penyakit tersebut. Untuk pengobatan maag kronis, lakukan konsultasi dengan dokter agar mendapatkan perawatan medis yang tepat.

Cc:alodokter.com

Orang-orang dengan diabetes dapat mengalami hipoglikemia (gula darah rendah) jika tubuh tidak memiliki cukup gula untuk dijadikan sumber energi. Hipoglikemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, termasuk diet, obat-obatan, aktivitas, penyakit organ hati atau ginjal, konsumsi alkohol, dan tindakan operasi di rongga perut.

Gejala hipoglikemia biasanya baru akan terasa bila gula darah mencapai 70 mg/dL atau lebih rendah lagi. Setiap orang bisa mengalami gejala yang berbeda. Gejala awal biasanya meliputi:

· Sulit konsentrasi
· Pusing
· Gemetar
· Lapar
· Nyeri kepala
· Mudah marah
· Berdebar-debar
· Pucat
· Berkeringat dingin
· Lemas
· Gelisah
Bila tidak segera diatasi, akan timbul gejala yang lebih berat, seperti rasa kebas di mulut dan lidah, pingsan hingga koma. Bila hipoglikemia terjadi pada malam hari, orang yang mengalami hipoglikemia tersebut akan terbangun di pagi hari dengan rasa lemas atau nyeri kepala. Orang tersebut mungkin juga akan mengalami mimpi buruk atau keringat dingin pada malam harinya.

Perhatikan apakah ada obat-obatan yang sedang dikonsumsi yang dapat menurunkan gula darah. Terapi insulin dan obat antidiabetes yang disebut sulfonilurea dapat menyebabkan hipoglikemia. Yang termasuk sulfonilurea antara lain: glimepiride, glipizide, glibenclamide, dan gliclazide. Hipoglikemia juga bisa terjadi karena konsumsi alkohol atau obat allopurinol, aspirin, probenecid, atau warfarin bersamaan dengan obat antidiabetes.

Hipoglikemia juga bisa terjadi jika jumlah makanan yang dikonsumsi lebih sedikit daripada dosis insulin yang digunakan atau bila makan terlambat atau jarak waktu makan dengan pemakaian insulin yang terlalu lama.

Pada orang yang sedang dalam pengobatan dengan insulin, disarankan untuk makanan ringan sebelum tidur agar terhindar dari hipoglikemia pada saat bangun tidur.

Bila muncul tanda-tanda hipoglikemia, segeralah makan makanan yang banyak mengandung gula atau karbohidrat, misalnya permen, buah segar, susu, minuman ringan (soft drink), atau madu. Jika dalam 15 menit gejala hipoglikemia tidak menghilang atau bahkan tidak berkurang, makan lagi atau segera hubungi dokter. Jika gejala berkurang tetapi masih ada, makan lagi sampai gejala benar-benar hilang.

Jika ada orang pingsan karena hipoglikemia, orang tersebut harus segera mendapat perawatan di unit gawat darurat terdekat. Jangan pernah mencoba memberikan makanan pada orang yang pingsan atau hampir pingsan karena bisa menyebabkan orang tersebut tersedak.

Jika merasa mengalami gejala hipoglikemia, hindari melakukan aktivitas yang berisiko menimbulkan cedera seperti menyetir, mengangkat benda berat, naik tangga dan sebagainya.

Pada orang dengan diabetes, hipoglikemia dapat dicegah. Caranya adalah sebagai berikut.

° Makan sesuai dengan jadwal yang ditentukan
° Makan minimal tiga kali sehari diselingi dengan makanan ringan
° Jarak antara dua waktu makan atau makanan ringan tidak lebih dari 4-5 jam
° Makan atau makanan ringan 30 menit sampai 1 jam sebelum olahraga atau aktivitas berat
° Perhatikan dosis insulin sebelum memakainya
° Memeriksakan kadar gula darah secara teratur

Cc : doktersehat.com